Ohmmeter
Ohm-meter adalah alat pengukur hambatan listrik, yaitu daya untuk
menahan mengalirnya arus listrik dalam suatu konduktor.Besarnya satuan hambatan
yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam ohm.Alat ohm-meter ini menggunakan
galvanometer untuk mengukur besarnya arus listrik yang lewat pada suatu
hambatan listrik (R), yang kemudian dikalibrasikan ke satuan ohm.
Desain asli dari ohmmeter menyediakan baterai kecil untuk
menahan arus listrik.Ini menggunakan galvanometer untuk mengukur arus listrik
melalui hambatan. Skala dari galvanometer ditandai pada ohm, karena voltase
tetap dari baterai memastikan bahwa hambatan menurun, arus yang melalui meter
akan meningkat. Ohmmeter dari sirkui itu sendiri, oleh karena itu mereka tidak
dapat digunakan tanpa sirkuit yang terakit.
Tipe yang lebih akurat dari ohmmeter memiliki sirkuit
elektronik yang melewati arus constant (I) melalui hambatan, dan sirkuti
lainnya yang mengukur voltase (V) melalui hambatan. Menurut persamaan berikut,
yang berasal dari hukum Ohm, nilai dari hambatan (R) dapat ditulis dengan:
V= menyatakan potensial listrik (voltase/tegangan)
I= menyatakan besarnya arus listrik yang mengalir.
- Jenis – Jenis Ohm- Meter
Pada ohm-meter ada dua bentuk
yaitu bentuk ohm-meter analoq dan bentuk ohm-meter digital.
Ohm-Meter Analoq
Ohm-meter analoq lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari, seperti
para tukang servis TV atau komputer kebanyakan menggunakan jenis yang analog.
Ohm-Meter Digital
Ohm-meter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan
kegunaan yang lebih banyak jika dibandingkan
dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan
yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas
pada ampere, volt, dan ohm saja.
- Tipe-Tipe Ohm Meter
- Ohm Meter Tipe Series
Ohmmeter tipe seri sesungguhnya mengandung sebuah gerakan d’Arsonval yang dihubungkan seri dengan tahanan dan batere ke sepasang terminal untuk hubungan ke tahanan yang tidak diketahui. Berarti arus melalui alat ukur bergantung pada tahanan yang diketahui, dan indikasi alat ukur sebanding dengan nilai yang tidak diketahui, dengan syarat bahwa masalah kalibrasi diperhitungkan.
Gambar 2. Diagram Ohm meter tipe seriesDimana : R1 = tahanan pembatas R2 = tahanan pengatur nol
E = batere didalam alat ukur
Rm = tahanan dalam d’ Arsonval
Rx = tahanan yang tidak diketahui
Desain dapat didekati dengan mengingat bahwa, jika Rh menyatakan arus ½ Idp, tahanan yang tidak diketahui harus sama denbgan tahanan dalam total ohmmeter. Berarti :
Rh = R1 + (R2 x Rm) / (R2 + Rm)
R1 = Rh – (Idp x Rm x Rh) / E -
Ohm Meter Tipe Shunt
Diagram rangkaian sebuah ohmmeter tipe shunt ditunjukkan pada gambar 3. Alat ini terdiri dari senuah tahanan pengatur R1 dan gerak d’Arsonval. Tahanan yang akan diukur dihubungkan ke terminal-terminal A dan B. Di dalam rangkaian ini diperlukan sebuah sakelar menghidupkan mematikan (off-on switch) untuk meutuskan hubungan batere ke rangkaian bila instrumen tidak digunakan. Analisa ohmmeter tipe shunt serupa dengan ohmmeter tipe seri, arus skala penuh adalah :
Idp = E / (R1 + Rm) Rh = (R1 x Rm) / (R1 + Rm)
Dimana : E = Tegangan batere
R1 = tahanan pembatas arus
Rm = tahanan-dalam dari gerakan
Rh = tahanan luar yang menyebabkan defleksi 0.5 skala.
Gambar 3. Diagram Ohm meter tipe shunt
SCHEMATIC DIAGRAM
ILLUSTRATION
INSTRUKSI
Pertama , Anda perlu Tentukan karakteristik gerakan meter
Anda . Yang paling penting adalah untuk mengetahui defleksi skala penuh dalam
milliamps atau microamps . Untuk Menentukan ini , menghubungkan gerakan meter ,
potensiometer , baterai , dan ammeter digital secara seri . Atur potensiometer
sampai gerakan meter dibelokkan persis dengan penuh - skala . Baca layar
ammeter ' s untuk menemukan penuh - nilai skala saat ini:
- Mengukur Nilai Resistansi Resistor (Ohm)
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan sebelum melakukan pengukuran menggunakan ohm meter, yaitu :
- Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
- Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan angka nol (0), bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah nol maka tidak perlu dilakukan pengaturan sekrup.
- Lakukan Kalibrasi alat ukur. Posisikan saklar pemilih pada skala ohm pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Atur jarum AVO merer tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan tombol pengatur Nol Ohm.
- Setelah kalibrasi atur saklar pemilihpada posisi skala Ohm yang diinginkan yaitu pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini adalah setiap nilai yang terukur atau yang terbaca pada alat ukur nntinya akan dikalikan dengan nilai skala Ohm yang dipilih oleh saklar Pemilih.
- Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan diukur ingat jangan pasangalat ukur ohm saat komponen masih bertegangan).
- Baca Alat ukur.
D. Cara Membaca Ohm Meter
- Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah.
- Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk dan kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan sakelar pemilih.
- Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih sebelumnya dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm atau setara dengan 2 Kohm.
Misalkan pada gambar terbaca nilai tahanan suatu Resistor:
Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi tahanan / resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum = 26
Skala pengali = 10 k
Maka nilai resitansinya = 26 x 10 k
= 260 k
= 260.000 Ohm.
Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi tahanan / resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum = 26
Skala pengali = 10 k
Maka nilai resitansinya = 26 x 10 k
= 260 k
= 260.000 Ohm.
Tidak seperti voltmeter, yang menggunakan
tegangan eksternal (luar) untuk menghasilkan arus yang digunakan untuk
membuat simpangan pada jarum PMMC, sebuah ohmmeter harus
mempunyai sumber tegangan internal (biasanya sebuah baterai) untuk
menghasilkan arus yang dibutuhkan untuk pengukuran. Skematik dari
ohmmter sederhana ditunjukkan pada gambar 1.
Pada rangkaian gambar 1, kita
dapat melihat bahwa tidak akan ada arus yang mengalir kecuali jika
resistansi yang akan diukur, Rx, dihubungkan pada terminal
ohmmeter yang terbuka. Ohmmeter didisain sehingga arus yang maksimum
akan mengalir melewati meteran ketika resistansi yang terhubung dengan
terminal ohmmeter adalah sama dengan nol (misalkan hubung singkat, Rx = 0).Penyekalaan
dari tampilan ohmmeter dihitung berdasarkan pergerakan simpangan dari
berbagai nilai resistansi yang diukur. Karena kita ingin simpangan
maksimum ketika terminal terhubung singkat, nilai Rs dihitung dengan cara yang sama seperti saat mendisain voltmeter, dihitung Rs = (E / Ifsd) – Rm
Gambar 5 Penyekalaan sebuah ohmmeter
Gambar 5 Penyekalaan sebuah ohmmeter
Jadi, saat resistansi yang diukur
adalah minimum (R = 0), maka arusnya akan maksimum. Begitu juga
sebaliknya, ketika resistansi yang dikur maksimum (R = ∞),
arusnya akan minimum atau sama dengan nol. Skala dari sebuah ohmmeter
ditunjukkan pada gambar 2. Karena arus adalah berbanding terbalik dengan
resistansi suatu rangkaian, jadi skalanya tidak linier. Contoh berikut
menunjukkan prinsip ini.
Disain sebuah ohmmeter menggunakan sebuah baterai 9 V dan sebuah meteran PMMC yang memiliki Ifsd = 1 mA dan Rm = 2 kΩ. hitung nilai Rx ketika pergerakan simpangannya 25%, 50%, dan 75%.
Solusi :
Nilai dari resistansi serinya adalah Rs = (9V / 1 mA) – 2 kΩ = 7 kΩ
Solusi :
Nilai dari resistansi serinya adalah Rs = (9V / 1 mA) – 2 kΩ = 7 kΩ
E. Perbaikan Ohm meter
- Sebelum menggunakan ohmmeter hendaknya dikalibrasikan terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut :
a. Hubung singkat test lead (positif dan negatif ) sedangkan posisi rotari saklar pada perkalian 1.
b. Aturlah sehingga jarum penunjuk pada posisi 0 W. Caranya adalah dengan mengatur zero adjustment.
c. Bila jarum tidak bisa menunjuk sampai pada batas 0 W, maka berarti kondisi tidak pada skala penuh (arus tidak penuh dikarenakan tegangan batere berkurang) sehingga harus dilakukan pengetesan tegangan dalam (batere).
d. Jika batere tegangannya telah berkurang 20 % maka harus diganti.
e. Jika batere tegangannya masih dalam batasan toleransi maka deteksilah kemungkinan yang lain.
f. Saklar rotari harus dilakukan pengetesan hubungan (kontak ke rangkaian ohmmeter perkalian 1). Bila hubungan agak renggang secara mekanik maka harus dikuatkan lagi hubungannya.
g. Jika hubungan saklar rotari normal, maka deteksilah kemungkinan yang lain.
h. Pengetesan pada variabel resistor (zero adjustment) tanpa melepas komponen. Hasil pengukuran menunjukkan kondisi potensiometer, bila hasil pengukuran dibawah nilai standar potensiometer dengan toleransi 1 % maka gantilah potensiometer itu (membandingkan nilai potensiometer pada ohmmeter standar yang digunakan sebagai referensi). Bila potensiometer dalam kondisi normal kemungkinan kesalahan pada resistansi shunt.
i. Ukurlah resistansi shunt tersebut bandingkan dengan meter standar. Bila resistansi shunt tersebut nilainya dibawah toleransi 1 %, maka gantilah resistansi shunt tersebut.Bila resistansi shunt masih dalam kondisi normal carilah kemungkinanan yang lain.
j. Lihatlah pegas pada jarum penyimpangan bila kondisi sudah tidak standar tingkat ke kelenturannya maka gantilah sedangkan kalau pegas masih dalam kondisi normal maka kemungkinan lain dari semuanya adalah pada moving coil.
k. Pengecekan pada moving coil adalah dengan menggunakan ohmmeter standar dan ukurlah ujung-ujung dari moving coil, hasil pengukuran menunjukkan tingkat hubungan dalam kumparan moving coil, bila kumparan moving coil putus maka gantilah moving coil tersebut.
- Cara perbaikan ohmmeter
a. Posisikan rotari saklar pada posisi 1k W.
b. Ukur sembarang nilai resistor, langkah awal penggunaan ohmmeter harus dilalui terlebih dahulu yaitu kalibrasi pada zero adjustment.
c. Catat hasil penunjukan.
d. Bandingkan dengan meter standar yang sama.
e. Berapa % penyimpangan.
f. Besarnya penyimpangan memberikan data kesalahan ukur.
g. Jika kesalahannya lebih besar dari 10%, deteksilah kesalahan tersebut dengan cara sebagai berikut :
1) Lihat diagram rangkaian ohmmeter pada manual product.
2) Ukurlah besarnya resistor yang digunakan untuk batas ukur 1 K W, dengan tanpa melepas komponen.
3) Hasil pengukuran menunjukkan berapa % kesalahan pengukuran.
4) Bila kesalahan lebih besar dari 1 % maka resistor tersebut harus diganti dengan nilai komponen yang sama
pada manual product.
5) Bila resistor masih normal maka carilah kemungkinan kerusakan yang lain.
h. Saklar rotari harus dilakukan pengetesan hubungan (kontak ke rangkaian ohmmeter perkalian 1). Bila hubungan agak renggang secara mekanik maka harus dikuatkan lagi hubungannya.
j. Jika hubungan saklar rotari normal, maka deteksilah kemungkinan yang lain.
k. Pengetesan pada variabel resistor (zero adjustment) tanpa melepas komponen. Hasil pengukuran menunjukkan kondisi potensiometer, bila hasil pengukuran dibawah nilai standar potensiometer dengan toleransi 1%, maka gantilah potensiometer itu (membandingkan nilai potensiometer pada ohmmeter standar yang digunakan sebagai referensi). Bila potensiometer dalam kondisi normal kemungkinan kesalahan pada resistansi shunt.
l. Ukurlah resistansi shunt tersebut bandingkan dengan meter standar. Bila resistansi shunt tersebut nilainya dibawah toleransi 1%, maka gantilah resistansi shunt tersebut.Bila resistansi shunt masih dalam kondisi normal carilah kemungkinanan yang lain.
m. Lihatlah pegas pada jarum penyimpangan bila kondisi sudah tidak standar tingkat ke kelenturannya maka gantilah sedangkan kalau pegas masih dalam kondisi normal maka kemungkinan lain dari semuanya adalah pada moving coil.
n. Pengecekan pada moving coil adalah dengan menggunakan ohmmeter standar dan ukurlah ujung-ujung dari moving coil, hasil pengukuran menunjukkan tingkat hubungan dalam kumparan moving coil, bila kumparan moving coil putus maka gantilah moving coil tersebut.
- Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
- Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan angka nol (0), bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah nol maka tidak perlu dilakukan pengaturan sekrup.
- Lakukan Kalibrasi alat ukur. Posisikan saklar pemilih pada skala ohm pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Atur jarum AVO merer tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan tombol pengatur Nol Ohm.
- Setelah kalibrasi atur saklar pemilihpada posisi skala Ohm yang diinginkan yaitu pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini adalah setiap nilai yang terukur atau yang terbaca pada alat ukur nntinya akan dikalikan dengan nilai skala Ohm yang dipilih oleh saklar Pemilih.
- Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan diukur ingat jangan pasangalat ukur ohm saat komponen masih bertegangan).
- Baca Alat ukur.
D. Cara Membaca Ohm Meter
- Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah.
- Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk dan kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan sakelar pemilih.
- Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih sebelumnya dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm atau setara dengan 2 Kohm.
Misalkan pada gambar terbaca nilai tahanan suatu Resistor:
Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi tahanan / resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum = 26
Skala pengali = 10 k
Maka nilai resitansinya = 26 x 10 k
= 260 k
= 260.000 Ohm.
Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi tahanan / resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum = 26
Skala pengali = 10 k
Maka nilai resitansinya = 26 x 10 k
= 260 k
= 260.000 Ohm.
Tidak seperti voltmeter, yang menggunakan
tegangan eksternal (luar) untuk menghasilkan arus yang digunakan untuk
membuat simpangan pada jarum PMMC, sebuah ohmmeter harus
mempunyai sumber tegangan internal (biasanya sebuah baterai) untuk
menghasilkan arus yang dibutuhkan untuk pengukuran. Skematik dari
ohmmter sederhana ditunjukkan pada gambar 1.
Pada rangkaian gambar 1, kita
dapat melihat bahwa tidak akan ada arus yang mengalir kecuali jika
resistansi yang akan diukur, Rx, dihubungkan pada terminal
ohmmeter yang terbuka. Ohmmeter didisain sehingga arus yang maksimum
akan mengalir melewati meteran ketika resistansi yang terhubung dengan
terminal ohmmeter adalah sama dengan nol (misalkan hubung singkat, Rx = 0).Penyekalaan
dari tampilan ohmmeter dihitung berdasarkan pergerakan simpangan dari
berbagai nilai resistansi yang diukur. Karena kita ingin simpangan
maksimum ketika terminal terhubung singkat, nilai Rs dihitung dengan cara yang sama seperti saat mendisain voltmeter, dihitung Rs = (E / Ifsd) – Rm
Gambar 5 Penyekalaan sebuah ohmmeter
Gambar 5 Penyekalaan sebuah ohmmeter
Jadi, saat resistansi yang diukur
adalah minimum (R = 0), maka arusnya akan maksimum. Begitu juga
sebaliknya, ketika resistansi yang dikur maksimum (R = ∞),
arusnya akan minimum atau sama dengan nol. Skala dari sebuah ohmmeter
ditunjukkan pada gambar 2. Karena arus adalah berbanding terbalik dengan
resistansi suatu rangkaian, jadi skalanya tidak linier. Contoh berikut
menunjukkan prinsip ini.
Disain sebuah ohmmeter menggunakan sebuah baterai 9 V dan sebuah meteran PMMC yang memiliki Ifsd = 1 mA dan Rm = 2 kΩ. hitung nilai Rx ketika pergerakan simpangannya 25%, 50%, dan 75%.
Solusi :
Nilai dari resistansi serinya adalah Rs = (9V / 1 mA) – 2 kΩ = 7 kΩ
Solusi :
Nilai dari resistansi serinya adalah Rs = (9V / 1 mA) – 2 kΩ = 7 kΩ
E. Perbaikan Ohm meter
- Sebelum menggunakan ohmmeter hendaknya dikalibrasikan terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut :
a. Hubung singkat test lead (positif dan negatif ) sedangkan posisi rotari saklar pada perkalian 1.
b. Aturlah sehingga jarum penunjuk pada posisi 0 W. Caranya adalah dengan mengatur zero adjustment.
c. Bila jarum tidak bisa menunjuk sampai pada batas 0 W, maka berarti kondisi tidak pada skala penuh (arus tidak penuh dikarenakan tegangan batere berkurang) sehingga harus dilakukan pengetesan tegangan dalam (batere).
d. Jika batere tegangannya telah berkurang 20 % maka harus diganti.
e. Jika batere tegangannya masih dalam batasan toleransi maka deteksilah kemungkinan yang lain.
f. Saklar rotari harus dilakukan pengetesan hubungan (kontak ke rangkaian ohmmeter perkalian 1). Bila hubungan agak renggang secara mekanik maka harus dikuatkan lagi hubungannya.
g. Jika hubungan saklar rotari normal, maka deteksilah kemungkinan yang lain.
h. Pengetesan pada variabel resistor (zero adjustment) tanpa melepas komponen. Hasil pengukuran menunjukkan kondisi potensiometer, bila hasil pengukuran dibawah nilai standar potensiometer dengan toleransi 1 % maka gantilah potensiometer itu (membandingkan nilai potensiometer pada ohmmeter standar yang digunakan sebagai referensi). Bila potensiometer dalam kondisi normal kemungkinan kesalahan pada resistansi shunt.
i. Ukurlah resistansi shunt tersebut bandingkan dengan meter standar. Bila resistansi shunt tersebut nilainya dibawah toleransi 1 %, maka gantilah resistansi shunt tersebut.Bila resistansi shunt masih dalam kondisi normal carilah kemungkinanan yang lain.
j. Lihatlah pegas pada jarum penyimpangan bila kondisi sudah tidak standar tingkat ke kelenturannya maka gantilah sedangkan kalau pegas masih dalam kondisi normal maka kemungkinan lain dari semuanya adalah pada moving coil.
k. Pengecekan pada moving coil adalah dengan menggunakan ohmmeter standar dan ukurlah ujung-ujung dari moving coil, hasil pengukuran menunjukkan tingkat hubungan dalam kumparan moving coil, bila kumparan moving coil putus maka gantilah moving coil tersebut.
- Cara perbaikan ohmmeter
a. Posisikan rotari saklar pada posisi 1k W.
b. Ukur sembarang nilai resistor, langkah awal penggunaan ohmmeter harus dilalui terlebih dahulu yaitu kalibrasi pada zero adjustment.
c. Catat hasil penunjukan.
d. Bandingkan dengan meter standar yang sama.
e. Berapa % penyimpangan.
f. Besarnya penyimpangan memberikan data kesalahan ukur.
g. Jika kesalahannya lebih besar dari 10%, deteksilah kesalahan tersebut dengan cara sebagai berikut :
1) Lihat diagram rangkaian ohmmeter pada manual product.
2) Ukurlah besarnya resistor yang digunakan untuk batas ukur 1 K W, dengan tanpa melepas komponen.
3) Hasil pengukuran menunjukkan berapa % kesalahan pengukuran.
4) Bila kesalahan lebih besar dari 1 % maka resistor tersebut harus diganti dengan nilai komponen yang sama
pada manual product.
5) Bila resistor masih normal maka carilah kemungkinan kerusakan yang lain.
h. Saklar rotari harus dilakukan pengetesan hubungan (kontak ke rangkaian ohmmeter perkalian 1). Bila hubungan agak renggang secara mekanik maka harus dikuatkan lagi hubungannya.
j. Jika hubungan saklar rotari normal, maka deteksilah kemungkinan yang lain.
k. Pengetesan pada variabel resistor (zero adjustment) tanpa melepas komponen. Hasil pengukuran menunjukkan kondisi potensiometer, bila hasil pengukuran dibawah nilai standar potensiometer dengan toleransi 1%, maka gantilah potensiometer itu (membandingkan nilai potensiometer pada ohmmeter standar yang digunakan sebagai referensi). Bila potensiometer dalam kondisi normal kemungkinan kesalahan pada resistansi shunt.
l. Ukurlah resistansi shunt tersebut bandingkan dengan meter standar. Bila resistansi shunt tersebut nilainya dibawah toleransi 1%, maka gantilah resistansi shunt tersebut.Bila resistansi shunt masih dalam kondisi normal carilah kemungkinanan yang lain.
m. Lihatlah pegas pada jarum penyimpangan bila kondisi sudah tidak standar tingkat ke kelenturannya maka gantilah sedangkan kalau pegas masih dalam kondisi normal maka kemungkinan lain dari semuanya adalah pada moving coil.
n. Pengecekan pada moving coil adalah dengan menggunakan ohmmeter standar dan ukurlah ujung-ujung dari moving coil, hasil pengukuran menunjukkan tingkat hubungan dalam kumparan moving coil, bila kumparan moving coil putus maka gantilah moving coil tersebut.
- pembuatan
Untuk pengukuran tingkat tinggi tipe meteran yang ada di atas sangat
tidak memadai. Ini karena pembacaan meteran adalah jumlah dari hambatan
pengukuran timah, hambatan kontak dan hambatannya diukur. Untuk
mengurangi efek ini, ohmmeter yang teliti untuk mengukur voltase melalui
resistor. Dengan tipe dari meteran ini, setiap arus voltase turun
dikarenakan hambatan dari gulungan pertama dari timah dan hubungan
hambatan mereka diabaikan oleh meteran. Teknik pengukuran empat terminal
ini dinamakan pengukuran Kelvin, setelah metode William Thomson, yang
menemukan Jembatan Kelvin pada tahun 1861 untuk mengukur hambatan yang
sangat rendah. Metode empat terminal ini dapat juga digunakan untuk
melakukan pengukuran akurat dari hambatan tin
Untuk mengukur besarnya harga resistansi yang kecil dari sebuah tahanan
seperti kabel atau shunt resistor sedikit mengalami kesulitan. Selain
itu faktor R wire (hambatan yang terdapat pada kabel) pada kabel probe
berpengaruh terhadap proses pengukuran resistansi. Oleh karena itu,
dibuat sebuah ohm meter digital yang dapat melakukan pengukuran terhadap
resistansi yang kecil. Dimana hambatan yang terdapat pada probe sangat
kecil sekali. Proses kerja dari alat ini adalah R yang diukur
dihubungkan dengan jembatan kelvin berganda melalui probe, sehingga
timbul beda tegangan pada jembatan Kelvin berganda. Beda tegangan yang
dihasilkan sangat kecil, sehingga harus diperbesar menggunakan
instrumentasi amplifier. Output ini kemudian dihubungkan dengan ICL 7107
sebagai konverter dari data analog menjadi digital sekaligus berfungsi
sebagai display. Dari hasil pengujian sistem didapatkan sistem yang
dapat digunakan untuk mengukur resistansi yang kecil dengan range
pengukuran 1m - 1m. Dari hasil pengujian ohm meter digital dibandingkan
dengan hasil pengujian dengan menggunakan portable double bridge type
2769 sebagai acuan, terdapat error sebesar 5.959%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar